Jumat, 06 Agustus 2010

Bioekologi Rusa Totol (Axis axis)

A. Sistematika dan Penyebaran
Grzmek (1972) menyebutkan bahwa rusa totol (Axis axis Erxleben, 1777) yang disebut sebagai “indian spotted deer” atau “Chital” merupakan mamalia yang termasuk ordo Artiodactyla (hewan berkuku genap), sub-ordo Ruminantia, infra-ordo Pecora, famili Cervidae, sub-famili Cervinae dengan genus Axis. Menurut Walker (1975) genus Axis beranggotakan empat spesies, yaitu :
 Axis axis, terdapat di India dan Srilanka
 Axis calamianensis, terdapat di Pulau Calamian, bagian timur Fhilipina
 Axis kuhlii, terdapat di Pulau Bawean
 Axix porcinus, terdapat di india, Indocina, dan Thailand.


B. Bentuk Morfologi
Anggota genus axis memiliki warna tubuh yang bervariasi tidak hanya antar spesies tetapi juga dari musim ke musim. Umumnya berwarna sawo matang atau coklat kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan. Bagian tubuh Axix axis dihiasi dengan totol-totol kecil berwarna putih. Keempat spesies memiliki garis dorsal gelap, permukaan tubuh bawah dan ekor berwarna putih. Axis axis dan Axis calamianensis bertubuh ramping, indah dan berukuran sedang, sementara Axis porcunus bertubuh gemuk pendek dengan kaki yang lebih pendek (Walker, 1975).
Rusa totol memiliki kulit yang berwarna coklat kemerah-merahan, dipenuhi dengan bintik-bintik besar berwarna putih. Terdapat garis gelap yang membujur sepanjang punggung. Bagian perut dan kaki berwarna putih. Pada leher terdapat bagian yang berwarna putih, moncongnya berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengna bagian wajah lainnya. Ekornya berukuran lebih besar bila dibandingkan dengan jenis rusa pada unmumnya (Tuckwell 1998a).
Rusa jantan memiliki alat pertahanan berupa ranggah tanduk. Ranggah rusa totoll memiliki tiga cabang dan sebagaimana jenis rusa tropika lainnya, ranggah tidak tanggal pada musim tertentu (Grzimek 1972; Walker 1975).
Menurut Grzimek (1972), panjang tubuh rusa totol (dari hidung sampai pangkal ekor) 110 – 140 cm, panjang ekor 20 – 30 cm, tinggi badan 75- 97 cm dan beratnya berkisar antara 75 – 100 kg.
C. Habitat
Rusa totol menempati padang rumput dan hutan yang terang, jarang memasuki hutan yang lebat (Walker, 1975). Menurut Moe dan Wedge (1994) dalam Gardner (2000), padang rumput yang pendek merupakan daerah yang penting karena sedikitnya tempat yang bersembunyi bagi pemangsa, misalnya Harimau.
Hutan pinggiran sungai dalam kawasan Taman Nasional Bardia di dataran rendah Nepal sering digunakan sebagai tempat bernaung dan berlindung selama musim kemarau. Hutan itu juga menyediakan makanan yang baik, yaitu buah-buahan dan dedaunan yang berjatuhan, dengan kandungan nutrisi tinggi sesuai dengan kebutuhan rusa. Oleh karena itu, rusa membutuhkan daerah terbuka sebagaimana halnya daerah berhutan dalam wilayah jelajahnya untuk menciptakan habitat yang optimum. Total wilayah jelajah rusa totol dalam daerah inti sekitar 32 ha dikelilingi daerah sumber makanan dan daerah berlindung sekitar 140 ha untuk betina dan 195 ha untuk jantan (Moe dan Wedge, 1994 dalam Garner, 2000).
Menurut Santiapillai et al. (1991), di Srilanka rusa totol hidup di zona kering dataran rendah dengan ketinggian tempat dibawah 1500 m. Curah hujan tahunan 1.000 mm/tahun, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November, Desember, awal Januari, April, dan Mei. Musim kering berlangsung sepanjang Juni hingga September.
D. Makanan
Rusa totol merupakan pemakan rumput (grazer), kadang-kadang memakan dedaunan (browser), menyukai berbagai macam bunga yang berjatuhan dan buah-buahan dari pohon –pohon di hutan (Walker, 1975). Selama musim hujan, jenis rumput dan alang-alang merupakan sumber makanan utama. Sumber makanan lainnya berupa jamur yang mengandung protein dan nutrisi tinggi (Moe dan Wedge, 1994 dalam Gardner, 2000).
Makanan rusa totol yang dipelihara di halaman Istana Bogor berupa rerumputan yang didominasi oleh jenis rumput king (Zoysia matrella), jukut pait (Axonopus compressus), dan domdoman (Chrysopogon aciculatus). Adapun urutan tingkat kesukaan (palatabilitas) terhadap hijauan yang dimakan rusa secara berurutan adalah A. compressus, Z. matrella, dan C. aciculatus (Fajri, 2000).
Selain makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan air, rusa juga membutuhkan mineral. Menurut Semiadi (1998) mineral berfungsi sebagai pembentuk tulang, gigi, rambut, kuku, dan ranggah, pembentukkan jaringan lunak dan sel darah, penyeimbang tekanan osmosis cairan tubuh, pembentukan enzim, hormon, dan bagian komponen vitamin. Pada tingkat komersil, kekurangan unsur mineral dapat dihindari dengan pemberian mineral dalam bentuk bongkahan atau disebut sebagai mineral blok. Hewan yang kekurangan unsur mineral akan dengan sendirinya menjilati bongkahan tersebut.
E. Reproduksi
Rusa totol merupakan satwa yang sangat fertil, periode kebuntingan berlangsung selama 7 hingga 7,5 bulan dan dapat melahirkan satu sampai tiga ekor anak, bahkan kadang-kadang seekor betina mampu melahirkan dua kali dalam setahun. Dalam selang waktu enam bulan, betina dapat bunting lagi (Grzimek, 1972). Sebagaimana rusa tropika lainnya, musim kawin tidak teratur dan berlangsung sepanjang tahun (Grzimek, 1972; Walker, 1975; dan Tuckwell, 1998b).
Rusa totol dapat bertahan hidup sampai umur 10 – 15 tahun (Walker, 1975). Rusa totol betina mencapai pubertas pada umur 10 – 15 bulan, sedangkan individu jantan pada umur 12 – 16 bulan. Berat badan betina saat mulai kawin umumnya mencapai 30 kg, dan pada umumnya bunting dengan berat badan 35 kg. Berat badan jantan saat pubertas berkisar antara 35 – 41 kg (Tuckwell, 1998b).
F. Perilaku Harian
Menurut Walker (1975), rusa totol hidup dalam kelompok yang anggotanya dapat mencapai 100 ekor terdiri dari jantan dan betina, kadang-kadang tersusun dari seluruh kelas umur. Menurut Santipillai et al. (1991), di Taman Nasional Ruhuna Srilanka, rusa totol hidup dalam grup-grup kecil yang akan berkumpul di padang rumput pada malam hari membentuk kelompok yang lebih besar. Kelompok adalah unit sosial yang paling sering dijumpai dan unit sosial yan paling kohesif adalah betina dewasa bersama anaknya. Populasi total yang dijumpai berjumlah 2.551 ekor yang terbagi dalam 143 kelompok. Kelompok yang paling sering dijumpai beranggotakan 3 – 6 individu (26 %), biasanya terdiri dari betina dewasa beserta anaknya, dan betina dengan atau tanpa anaknya. Kelompok lain yang sering dijumpai beranggotakan 10 – 20 individu (22 %).
Aktivitas rusa totol bersifat diurnal, beristirahat ketika panas di siang hari, dan banyak bergerak pada waktu pagi dan sore hari. Akan tetapi jika terganggu, satwa-satwa tersebut dapat menjadi nokturnal (Walker, 1975).
Menurut Santiapillai et al. (19910, aktivitas rusa totol tertinggi berlangsung pada wala pagi dan sore hari menjelang malam. Pada pagi hari menjelang siang, rusa memakan dedaunan dan rumput, dan pada waktu sore hari sebagian besar waktunya dihabiskan di padang rumput dengan aktivitas memakan rumput. Waktu aktivitas tertinggi berlangsung antara pukul 16.00 – 18.00 dan mencapai puncak pada pukul 17.00. Aktivitas yang rendah berlangsung antara pukul 09.00 – 16.00 yang digunakan unuk istirahat dan ruminasi.
Hasil penelitian Fajri (2000) mengenai prilaku rusa totol di halaman Istana Bogor dalam 24 jam memperlihatkan perilaku lokomosi (33,23 %), makan (31,67 %), istirahat (23,83 %), merawat tubuh (9,19 %) dan perilaku lain-lain (2,05%). Perilaku lokomosi lebih banyak dilakukan pada malam hari, sedangkan pada siang hari rusa totol lebih banyak melakukan istirahat, dan merawat tubuh. Perilaku istirahat berlangsung antara pukul 20.00 – 21.00, 23.00 – 24.00, dan 03.00 – 04.00 di tempat terbuka, serta pukul 13.00 – 14.00 di tempat teduh. Perilaku makan selalu disertai lokomosi dan penjelajahan terhadap persediaan pakan. Aktivitas makan dimulai pada pukul 09.00 di tempat terbuka, dengan semakin panasnya sinar matahari, aktivitas makan dilakukan di daerah yang teduh yaitu disekitar naungan pohon. Aktivitas makan mencapai puncak dan lebih lama dilakukan pada pukul 14.00 – 15.00 dan pukul 03 – 06.00 di daerah ternuka. Perilaku merawat tubuh seringkali dilakukan pada siang hari. Hal ini dilakukan unuk mendinginkan tubuh dari sengatan sinar matahari dengan menjilat-jilat dan menggerak-gerakkan tubuh. Aktivitas ini mencapai puncak pada pukul 13.00 – 14.00. Sedangkan perilaku membuang kotoran mencapai puncak pada pukul 04.00 – 05.00 dan pukul 11.00 – 12.00, perilaku meregangkan tubuh mencapai puncak pada pikul 07.00 – 08.00 dan 13.00 – 14.00. Adapun perilaku agonistik mencapai puncak pada pukul 07.00 – 08.00 dan 10.00 – 11.00.    By agusryansyah

Tidak ada komentar: