Rabu, 18 Agustus 2010

Mengupas kata Lebaran

Hari kedua lebaran masih di kampung halaman. Meski ada beberapa agenda laporan yang harus di kirim ke jakarta satu dua hari ini, tetap saja tidak bisa menahan keinginan untuk kembali menulis note ringan. Semoga bisa menjadi sarana berbagi dan silaturahmi di hari fitri ini. Kali ini saya ingin menyorot seputar istilah Lebaran, meski semua juga hampir sepakat jika istilah lebaran itu aslinya dari kata Jawa yang berarti “ sudah selesai” artinya usai dari Ramadhan, maka tibalah hari raya itu. Meski demikian, saya sedikit tertarik juga untuk mengupas lebih lanjut kata “Lebaran”, apalagi jika dihubungkan dengan banyaknya fenomena dan budaya masyarakat kita dalam memeriahkannya.


Lebaran berarti “ Lebar “selesai atau usai

Sudah jelas bahwa Idul Fitri dirayakan setelah kaum muslimin selesai beribadah secara marathon di bulan Ramadhan. Karenanya, setelah usai masa ibadah yang intensif tersebut, muncul kegembiraan dari kesudahan masa tempaat tersebut. Sehingga disebut dengan “lebar” alias bubaran atau kesudahan. Kegembiran saat usai ramadhan ini adalah sesuatu yang sebenarnya telah dijanjikan oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda dalam haditsnya : " Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka ( buka puasa dan saat Idul Fitri) dan kegembiraan saat bertemu Tuhan mereka " ( HR Bukhori & Muslim)

Lebaran juga bisa berasal dari “Laburan”

Labur dalam bahasa jawa adalah mengecat rumah dengan cat putih yang terbuat dari bahan gamping. Begitulah hakikat hari raya Idul Fitri, bukan saja secara fisik banyak rumah dipercantik dengan cat yang baru, tapi juga lebih pada esensi kita mengecat hati dengan cat putih pertanda kesucian. Ramadhan ini menjadi momentum setiap muslim untuk membersihkan hatinya melalui tempaan ibadah yang tak terkira. Karenanya, hari raya menjadi sebuah simbol putihnya hati , bersihnya diri, karena selama sebulan penuh telah ‘dilabur’ atau dicat putih oleh pemiliknya dengan puasa dan tarawih. Rasulullah SAW bersabda : “ Barang siapa yang berpuasa ramadhan dengan keimanan dan penuh pengharapan, maka akan diampuni dosa2nya yang terdahulu, dan barang siapa yang sholat malam dengan penuh iman dan pengharapan, maka akan diampuni dosa2nya yang terdahulu “ (HR Bukhori Muslim). Jadi, kita benar-benar berharap lebaran kali ini adalah Laburan yang akan membersihkan dosa kita.

Lebaran juga bisa berasal dari “ Leburan “

Lebur adalah hancur dalam bahasa Indonesia. Maka idul Fitri adalah menjadi simbol leburnya dosa-dosa di antara sesama manusia. Apalagi kita juga menikmati tradisi silaturahmi dan halal bihalal di hari fitri. Saling mengunjungi satu sama lainnya dengan niatan tulus di hati untuk meminta maaf dan keridhoan. Maka ucapan mohon maaf lahir dan batin pun terdengar di mana-mana. Hari ini ucapan maaf terasa jauh lebih ringan daripada di hari-hari yang lainnya. Itu semua karena kita benar-benar ingin total membersihkan diri kita. Setelah Ramadhan dengan paket ibadah intensifnya –insya Allah- menghapus dosa-dosa kita secara vertikal, maka Idul Fitri ini menjadi momentum tepat untuk meleburkan dosa-dosa horizontal kepada sesama. Maka maaf memaafkan menjadi tradisi yang berpahala dan mengikat ukhuwah secara lebih kuat dari sebelumnya. Sikap mudah memaafkan –bukan rahasia lagi- juga menjadi ciri orang bertakwa yang diidam-idamkan setiap mereka yang menjalani ibadah puasa. Allah SWT berfirman tentang ciri orang bertakwa : “ (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”(QS Ali Imron 134)

Lebaran juga bisa berasal dari “ Luberan “

Kata luber berarti limpahan atau sesuatu yang berlebih hingga melimpah ke yang lainnya. Maka di hari raya idul fitri ini bisa kita saksikan bagaimana baik harta maupun manusia meluber dengan sedemikian rupa. Harta meluber dari yang kaya ke miskin melalui zakat dan sedekah yang begitu intensif di bulan ramadhan ini. Begitupula manusia meluber dari kota ke desa dan kampung-kampung mengusung momen mudik dengan niatan bersilaturahmi ke kerabat, tetangga dan teman sepermainan di kampung halaman. Begitu pula aktifitas sholat Ied di lapangan-lapangan besar dalam waktu yang bersamaan, tidak aneh juga jika disebut sebagai momentum luberan manusia yang luar bisa. Idul fitri memang adalah luberan yang berarti manusia berbondong-bondong merayakan dan mengagungkannya. Bahkan saat sholat Ied pun rasulullah SAW melibatkan wanita haidh untuk ikut menghadirinya. Salah satu wanita shahabat, Athiyyah ra berkata : Kami diperintahkan supaya keluar pada hari raya, sehingga kami mengeluarkan gadis-gadis perawan dari pingitannya dan mengeluarkan wanita-wanita haid. Mereka berada di belakang orang banyak, ikut bertakbir dan berdoa bersama yang lainnya karena mengharap berkah dan kesucian hari tersebut (HR Bukhori & Muslim ).

Lebaran juga bisa diartikan “ Liburan “

Yang terakhir tentu saja tidak terlalu asing bagi kita, dimana momentum Lebaran memang benar-benar menjadi ajang Liburan yang mengasyikkan. Bertemu bersama kerabat dan keluarga di kampung halaman, lalu menghabiskan beberapa hari dengan nuansa liburan yang menyenangkan. Lihat saja banyak objek wisata menjadi ajang bulan-bulanan para pengunjung di masa libur ini. Bukan saja wisata alam, hari ini kita juga menjadi saksi betapa wisata kuliner menjadi tujuan perjalanan yang tidak bisa disangsikan lagi. Mereka pulang ke kampung halaman, salah satunya juga untuk mengembalikan kembali selera dengan makanan khas kota tercintanya. Makanan di rumah menjadi menu sambilan, menu utama adalah keliling kota untuk menunaikan kerinduan akan selera kampung halaman. Hari raya ini benar-benar menjadi ajang makan-makan yang menguatkan ukhuwah antar keluarga. Tidak heran, fenomena ini juga telah diprediksi oleh Rasulullah SAW . beliau bersabda : Rasulullah SAW bersabda tentang hari raya : Itu adalah hari-hari (untuk) makan dan minum. (Fiqh Sunnah : I/598)

Maka lengkap sudahlah hari raya kita Idul Fitri, dengan segenap makna yang terkandung dalam kata lebaran. Akhirnya, secara khusus saya sampaikan :
Taqobalallahu minna wa minkum. Selamat Idul Fitri 1430 H. mohon maaf lahir dan batin .
Semoga semangat ramadhan abadi di hati , mewarnai hari-hari kita selanjutnya.
Semoga Apa yang kami tulis bermanfaat bagi Anda, Bantu kami untuk memperluas penyebaran Artikel ini dengan membagikannya melalui icon Facebook di atas. Jangan lupa, budayakan berkomentar sebagai bentuk apresiasi Anda atas artikel kami. Terima Kasih dan Salam Optimis

Tidak ada komentar: