Jumat, 06 Agustus 2010

TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

A.Sejarah
Planten En Dierentuin merupakan nama kebun binatang pertama di Jakarta yang kala itu bernama Batavia. Kebun binatang ini secara resmi dibuka pada tahun 1864 di daerah yang dikenal Cikini, Jakarta Pusat. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1949 namanya dirubah menjadi Kebun Binatang Cikini. Tempat di Cikini menjadi terlalu kecil dan tidak cocok untuk peragaan satwa. Sebuah tempat baru untuk kebun binatang kemudian dicarikan. Pada tahun 1964 pemerintah DKI Jakarta menghibahkan tanah seluas 30 hektar di selatan pinggiran Jakarta, Ragunan, pasar minggu.



Pada tanggal 22 Juni 1966 dibuka kebun binatang baru dengan nama Taman Margasatwa. Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kota Jakarta yang ke 477, melalui Keputusan Gubernur Nomor DIII-2138/d/2/74 tanggal 19 Juni 1974, namanya berubah menjadi Kebun Binatang Ragunan Jakarta. Pada mulanya Kebun Binatang Ragunan Jakarta hanya memiliki areal seluas ± 30 Ha, yang terletak di atas sebagian tanah milik Kebun Percobaan Departemen Pertanian. Pada saat ini luas areal Kebun Binatang Ragunan Jakarta diperluas hingga mencapai 200 Ha.
B.Letak dan Luas
Kebun Binatang ragunan Jakarta terletak ± 15 Km dari pusat kota Jakarta pada ketinggian 50 mdpl. Kebun Binatang Ragunan terletak pada posisi antara 1060 48i BT dan 060 15i LS. Ketinggian 50 mdpl dan berjarak 20 km dari pusat kota Jakarta. Secara administratif Kebun Binatang Ragunan termasuk ke dalam wilayah kelurahan Ragunan, kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Adapun atas-batas wilayah sebagai berikut :
 Sebelah barat dibatasi oleh jalan Kavling POLRI Dan Jati Padang
 Sebelah timur dibatasi oleh jalan Jati Padang
 Sebelah utara dibatasi oleh jalan Harsono RM, dan
 Sebelah selatan dibatasi oleh jalan Sagu.
Luas keseluruhan Kebun Binatang Ragunan saat ini adalah 135 ha. Tata guna lahan KBR ( Kebun Binatang Ragunan) meliputi lahan yang telah terbangun 52 %, kantor dan kandang 32 ha, taman 15 ha, danau 7 ha, lapangan parkir 5 ha dan saluran air 10 ha ( Noprianto, 2004).
C.Kondisi fisik
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan ferguson (1951), daerah Pasar Minggu termasuk dalam tipe iklim B dengan nilai Q 26,7. Kebun Binatang Ragunan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 50 mdpl dan memiliki kemiringan 20-60. sedangkan suhu harian di kebun binatang Ragunan berkisar antara 25,5 0– 28,50dan kelembaban udara sebesar 85 % serta curah hujan 2291 mm per tahun.
Jenis tanah di Kebun Binatang Ragunan Jakarta termasuk jenis tanah latosol merah. Tanah jenis ini memiliki sifat sebagai berikut: pH masam pada seluruh profil, kandungan bahan organik dan kadar nitrogen lapisan atas sedang yang semakin rendah pada lapisan yang semakin bawah, kadar pospat di seluruh profil rendah dan kadar kalsium di semua lapisan sangat rendah.
D.Kondisi Vegetasi
Taman Margasatwa Ragunan Jakarta memiliki flora yang merupakan jenis yang ada sebelumnya seperti hutan wisata yang bersifat alami, jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Kebun binatang Ragunan adalah : Pohon Buah-buahan, Peneduh, Obat-obatan dan jenis Rumput yang masing-masing terdiri atas 2 Ordo, 56 Famili, 968 Spesies dengan jumlah spesies keseluruhan 47.499 pohon (Kamelia. 2004).
Vegetasi di kebun Binatang Ragunan Jakarta merupakan vegetasi tanaman yang dapat digolongkan sebagai berikut:
i.Pohon berbunga yang didominasi oleh pohon Tenguli (Cassia fistula) dan flamboyan (Delonix regia).
ii.Tanaman peneduh yang didominasi oleh kormis (Acacia auriculiformis) dan jeunjing (Albizzia falcata).
iii.Tanaman buah-buahan yang didominasi oleh jambu monyet (Anacardium occidentale) dan rambutan (Nepheleum lapaceum).
iv.Tanaman obat-obatan dan industri yang didominasi oleh salopat serat (Xylopia glauca) dan kemenyan (Styrax benzoe).
v.Tanaman hias yang dibuat dengan bentuk taman yang terdapat di hampir seluruh sudut kebun binatang.
E.Kondisi Sarana dan Prasarana
Daftar sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pengelola.
No. Zona Jenis Sarana Yang Disediakan
1.Pintu Gerbang utara Sarana parkir, loket, pos keamanan. stasiun monorail, terminal kendaraan terbuka, telepon umum, kios-kios, kantin dan taman / view fungsi Taman Margasatwa.
2.Pintu Gerbang Barat Sarana parkir, loket, pos keamanan. terminal kendaraan terbuka, telepon umum, kios-kios, kantin dan taman.
3.Pintu gerbang Timur Sarana parkir, loket, pos keamanan. stasiun monorail, terminal kendaraan terbuka, telepon umum, kios-kios, kantin dan taman.
4.Gerbang Keluar Barat Daya Loket dan pos keamanan
5.Introduction Area Fasilitas pelayanan, pos keamanan, halte, pos bagian, pos antara, perkantoran TMR, pusat informasi, perpustakaan, ruang data, mushola, gudang, telepon umum, kios-kios, kantin, genzet dan taman bermain anak.
6.Rekreasi Utama Pos keamanan, halte / pos bagian, pos antara, peragaan satwa tertutup/terbuka, ruang keterampilan satwa, panggung terbuka, ruang P3K, kantin dan taman / ruang terbuka.
7.Rekreasi Sekunder (Rekreasi Satwa Campuran) Ruang peragaan satwa tertutup / terbuka, halte / pos bagian / loket, telepon umum, kantin dan taman / ruang terbuka.
8.Rekreasi Tersier Pedestrian, pos antara / loket, ruang P3K, peragaan satwa khusus, kantin, rumah pompa air dan taman / ruang terbuka.
9.Rekreasi AirPeragaan satwa air, telepon umum, kantin, ruang terbuka / taman pancing.
10. Rekreasi Spesial :
 Children Zoo
 Open Zoo
 Taman Buah
Children play ground, halte / pos bagian / loket, ruang P3K, telepon umum, kios-kios, kantin, taman dan ruang terbuka hewan jinak.
Halte / pos bagian / loket, ruang peragaan satwa terbuka/satwa khusus, taman bermain / ruang terbuka hewan jinak, mushola, ruang P3K, telepon umum, ruang pompa air dan kantin.
Pos keamanan, loket, ruang p3K, rumah pompa air dan kebun buah-buahan.
11.Service Area Ruang karantina hewan/tumbuhan
Klinik hewan / tumbuhan, ruang laboratorium, menara tinjau, gudang bengkel khusus, ruang pompa air, kandang binatang surplus, genzet.
12.Camping Ground
(Fokus apresiasi) Taman, ruang terbuka/ perkemahan, ruang P3K, ruang pompa air, pemandian alam, dll.
Sumber : (Kamelia, 2004).
Sarana dan prasarana yang terdapat di Kebun Binatang Ragunan Jakarta cukup memadai. Kebutuhan mengenai sarana dan prasana yang bersifat mendesak atau tidak tercukupi dengan baik. Keberadaan MCK, mushola, rumah makan cukup mudah didapatkan di dalam lokasi kebun binatang. Selain itu terdapat taman yang tersedia tempa untuk beristirahat sejenak.
F.Aktivitas dan Perilaku Pengunjung
Kebun Binatang Ragunan sebagai tempat rekreasi banyak dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah, baik dari daerah sekitar Jakarta maupun dari luar Jakarta dan dari berbagai kalangan. Selain itu dari berbagai negara seperti wisatawan-wisatawan yang sedang berlibur di Indonesia. Klasifikasi pengunjung Kebun Binatang Ragunan Jakarta dapat dilihat dari tujuan kunjungan ke tempat ini seperti kunjungan hanya untuk berekreasi atau ada kegiatan penelitian. Sifat kunjungan lebih banyak secara massal tetapi dapat juga secara personal ( Noprianto, 2004)
G.Permasalahan
Permasalahan yang terjadi pada Taman Margasatwa Ragunan Jakarta merupakan masalah umum yang juga dialami oleh kebun binatang yang ada di Indonesia pada umumnya. Beberapa permasalahan yang sering menjadi kendala dalam pengelolaan satwaliar secara eks-situ di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta :
a.Pengunjung membludak (Booming)
Salah satu indikator keberhasilan suatu kebun binatang dalam mempromosikan satwa dapat dilihat dari animo masyarakat yang datang berkunjung. Akan tetapi, ketika kunjungan tersebut melebihi ambang batas, maka akan berpengaruh terhadap satwa tersebut. Beberapa satwa mampu dengan cepat beradaptasi oleh kehadiran manusia, tetapi ada juga yang membutuhkan waktu lama dan dapat menyebabkan satwa tersebut stres bahkan mati. Berdasarkan keterangan dari beberapa jagawana setempat, pada saat lebaran, atau liburan sekolah tempat ini menjadi sangat ramai.
b.Masalah sampah
Sampah merupakan masalah lama yang telah turun temurun menjadi permasalahan utama lingkungan tertentu. Terlebih pada suatu lokasi yang menjadi pusat keramaian seperti Taman Margasatwa Ragunan. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya sampah-sampah bergelatakan diatas tanah dan jalan aspal. Ketika hujan maka sampah tersebut akan menempel dan terlihat sangat kotor. Hal ini merusak pemandangan dan dampak ekologi yang ditimbulkan adalah jenis vegetasi tumbuhan bawah akan tertutupi oleh sampah–sampah yang sebagian besar terbuat dari plastik.
c.Pencurian satwa
Berdasarkan keterangan jagawana, pencurian terhadap satwa yang ada dalam penangkaran walaupun tidak signifikan akan tetapi merupakan ancaman serius terhadap keberadaan satwa.
d.Gangguan pengunjung
Karakter beberapa pengunjung berbeda antara satu dan lainnya. Beberapa pengunjung hanya melihat, mengamati, atau sekadar memotret saja. Akan tetapi yang menjadi masalah apabila pengunjung berusaha untuk menggganngu satwa yang dapat berupa pengusiran, pelemparan, pemberian makanan tanpa seijin jagawana, dan sebagainya. Hal ini menjadi masalah karena apabila tidak terkontrol dengan baik maka akan berdampak buruk pada satwa tersebut.
e.Dana
Keberlansungan suatu proses pengelolaan satwaliar secara eks-situ tidak terlepas dari permasalahan dana. Dana yang dikeluarkan untuk kegiatan pengelolaan ini amatlah tidak sedikit. Misalnya saja pakan satwa, kebersihan, medis, gaji karyawan dan sebagainya. Namun, proses pemandirian terhadap hasil yang diperoleh belum mampu untuk memenuhi biaya yang dikeluarkan. Untuk itu, dana internasional yang bergerak dalam upaya pelestarian terhadap keanekaragaman hayati khususnya satwaliar yang peduli terhadap kegiatan ini sangat diperlukan.
f.Introduksi satwa
Proses introduksi satwa yang baru diterima baik dari masyarakat, PPS, ataupun lembaga lainnya untuk proses adaptasi terlebih dahulu membutuhkan waktu yang lama. Proses habituasi satwa akan membutuhkan tenaga, biaya yang mahal sehingga untuk jenis-jenis satwa yang mudah beradaptasi akan semakin sedikit biaya yang akan dikeluarkan.
g.Sumberdaya Manusia
Berdasarkan data karyawan Kebun Binatang Ragunan per Oktober 2002 diketahui bahwa karyawan yang ada sebagian besar berpendidikan tingkat SLTA. Pengetahuan mengenai dasar ilmu konservasi, ekologi satwa, pengelolaan satwa pada dasarnya masih rendah. Sehingga dalam aktivitas hariannya banyak yang masih belum mengerti mengenai spesies, habitat, ekologi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kinerja dilapangan baik dalam menentukan habitat, ekologi, penempatan spesies yang berbeda pada satu tempat yang berbeda habitat dan laiinya amatlah beresiko tinggi untuk tingkat kesuksesan dari pengelolaan satwa secara eks-situ ini.
sumber: By agusryansyah

Tidak ada komentar: